Peringatan

Adikku baru – baru ini mengaku ia suka seorang lelaki. Sesuatu yang normal untuk anak perempuan seumurannya. Meski aku agak kaget kenapa ia perlu menceritakan hal ini ke aku dan tidak ke ibu kita. Mungkin aku tidak seperti kakak – kakak lelaki yang klise dan normal– yang mengancam lelaki manapun yang berani mendekati adik perempuan mereka.

Mungkin di matanya aku hanya seorang lelaki biasa yang lebih tua dan ia panggil kakak saja.

“Ada nasehat?” tanyanya. Aku menaikkan alisku, menutup komik yang kubaca dan mendudukkan badanku. Berhadapan dengan adikku yang sudah duduk bersila di atas tempat tidurku.

“Uh. Kurasa jika kamu menyukainya kamu harus yakin ia menyukaimu balik. Jika tidak kamu hanya membuang – buang waktumu, jujur saja.” ujarku.

Ia mendengus, “Yah, jika aku tahu dia tidak suka padaku aku tidak mungkin menanyakan hal ini kepadamu.”

Aku mengangkat bahu, “Kalau begitu lakukan apapun yang kamu mau lakukan.”

Ia tersenyum lebar dan berdiri, hendak keluar dari kamarku. Menyadari aku mungkin harus menasehatinya dengan lebih serius, aku memanggilnya. Ia menoleh.

“Kamu boleh menyukainya– cuma jangan jatuh cinta.” ujarku. Ia memandangiku heran, seakan – akan hendak tertawa. Aku ingat ketika temanku yang mengatakan itu kepadaku dan aku memandanginya dengan cara yang sama. Lalu aku tetap mengejar gadis yang kusuka. Lalu aku jatuh cinta. Lalu berikutnya seperti adegan di film – film — api dimana -mana sementara aku bertanya apa yang terjadi.

“Jangan jatuh cinta karena kamu tidak akan pernah bisa benar – benar keluar.”