AYWMEN Bab 28 : Lepas Landas Dengan Janjiku

Sehari ekstra yang diberi Mom dan Dad aku gunakan hanya untuk memerhatikan HP-ku berharap siapa saja akan telpon. Mom dan Dad resmi selesai packing, selesai menanda-tangani dan mengurus file – file untuk pindah, selesai menemui kepala sekolah BirchFir High dan menyatakan aku tidak akan tinggal untuk kelas 8, selesai semuanya. Rumah kosong sekarang, yang sisa adalah meja makan dan tempat tidur serta barang – barang yang nempel ke dinding seperti lampu, toilet, dll. Seperti yang kuduga, aku tidak sempat mengatakan apapun lagi ke Nerd Club maupun Alice, aku sibuk ber-packing. Pada saat yang bersamaan, aku tidak tahu harus ngomong apa ke mereka lewat Hp maupun langsung soal aku akan pindah SEKARANG.

Yep, aku sudah di bandara. Rasanya tiap kali aku menoleh ke belakang, kota ini tampak semakin jauh, ( ya iyalah, masa makin dekat, DODOL). Dan sekarang aku sudah berdiri dengan jacket hitamku, Passport dan tiket di kantong, memakai sepatu, dan berdiri dengan koperku di sebelahku. “ Ayolah Ryker. Kita akan terlambat.” Kata Dad tidak sabar. Aku menatapnya dengan agak sedih, lalu menoleh lagi ke jalanan tempat mobil – mobil yang datang untuk ke bandara berhenti. Tidak ada siapa – siapa yang aku kenal. “ 5 Menit..” kataku untuk ke-3 kalinya. Aku mungkin tidak berani menelpon siapa – siapa, tapi aku juga tidak bisa melupakan semua yang aku alami di sini dan loncat ke pesawat. “ Tidak, ayo.” Aku menghela napas panjang.

Dad benar. Kalau mereka tidak datang, aku tidak akan memaksa. Mungkin justru ini lebih baik, tidak ada sakit hati, aku akan hilang begitu saja. Poof, seperti udang dimakan ikan dan ikan itu dimakan hiu dan hiu itu diubah jadi sup yang dimakan manusia, dan manusia itu hilang di segitiga Bermuda atau mungkin ditarik oleh Alien. Aku akan hilang persis seperti udang itu. Aku melihat ke arah jalanan itu sekali lagi. Lalu pelan – pelan aku membalikkan badanku dan berjalan. Baru aku bisa pasrah soal tidak mengatakan apa – apa…

AKU DISERANG.

“ RYKER!”
“ SIALAN KAMU!”
“ HEI GAMER MANIAK! STOP!”

Aku menoleh 180 derajat, leherku serasa mau patah. Apakah aku berhalusinasi?! Sebelum aku sempat menyadarinya, aku ditabrak oleh 3 orang yang berlari dan jatuh ke lantai. “ Ow..” responsku. Sesaat kemudian, gerombolan anak itu memukuli bahu dan menendangi kakiku.
“ Dasar! Mau pergi tanpa bilang apa – apa! Bikin orang cemas aja!”
“ Trouble-maker!”
“Bagaimana kalau mobilnya Ethan mogok, atau apa?! Terus bagaimana kalau kita tidak bisa mengatakan apa – apa ke kamu?!”
“Dasar &^%$!”
“Jangan pernah lakukan itu lagi!” akhirnya mereka berhenti memukuliku dan berdiri. Saat aku juga ikut berdiri, aku nyengir paksa ke mereka. “  Ba- bagaimana bisa kalian tahu?” “ Folder milik walikota aku buka lagi. Aku baru tahu kamu akan pergi hari ini.” ujar Ethan. Aku mengerjap lalu berkata lagi, “Sori guys.. kupikir kalian tidak datang.” “ OH yeah?! Kita tidak seperti kamu kalau main HSH! Kita masih tahu diri!” kata Hugo sambil melipat lengannya. “ Apa hubungannya..?” tanyaku heran.
“ Kita masih ingat untuk makan.. minum… dan mengatakan sampai jumpa ke teman kita yang akan pergi.” Jelas Aaron. Ia tersenyum lemah. Aku menatap mereka tidak percaya. Lalu aku menoleh ke arah Dad. Dad hanya menggelengkan kepalanya. “ 10 menit. Aku tunggu di boarding room.” Katanya sambil membalikkan badan dan berjalan. Aku serasa ingin menyembahnya karena memberiku waktu selama itu. 10 menit untuk bertemu dengan teman – temanmu memang sedikit, namun kamu tidak menemukan waktu lebih banyak untuk mengatakan selamat tinggal. Nerd Club menatapku dengan benci. “ Jangan pernah lakukan itu lagi, OK?!” desis Ethan kesal.

“ Lakukan apa?”
“ Pergi tanpa bilang apa – apa.”
“ Oh..itu. Yeah, jangan kuatir.”
“ Ya, pastikan itu.” Ethan menghela napas panjang, lalu melanjutkan, “ Kamu tidak akan mendapat kesempatan untuk kedua kalinya… atau bagaimana jika ada keputusan yang salah, atau temanmu belum sempat mengatakan apa – apa… atau kalau kamu nantinya tidak akan kembali… dan kita akan sendirian.. sedih… dan.. APA SIH YANG HARUS AKU KATAKAN BIAR AKU DAPAT PELUKAN?!” teriak Ethan tiba – tiba. Aku buru – buru memeluknya. Ia memukul pundakku sambil merangkulku juga. Lalu Aaron ikut memeluk. Dan Hugo juga ikut berdesak – desakan. Kita diam, dalam posisi canggung itu. “ Apakah kita terlihat seperti teletubbies versi nerd?” bisik Aaron tiba – tiba. Lalu kita melepaskan satu sama lain tapi tertawa terbahak – bahak. Hugo memukul lenganku. “ Pastikan kamu kembali dan ngomong ‘ halo’ ke kita semua.” Katanya, aku bisa melihat dia serius. “ Pasti.” Jawabku sambil tersenyum. Fuuuuh!

Akhirnya kita bisa lebih lega. Aku tersenyum. Mereka tersenyum balik. 3 cowok yang tanpa sengaja menabrakku waktu aku salah membuka loker itu ternyata 3 teman pertamaku, dan yang terbaik.

“Bye.” Kataku singkat. Mereka mengangguk. Saat aku baru saja mau berbalik dan pergi, aku mendengar sesuatu. “ Kalian dengar itu?” tanyaku sambil berputar lagi. “Apa? Motor nge-drift?” “ Iya… tapi lebih dari itu… suara..” kataku sambil dengan lebih tidak percaya lalu aku melihatnya.

“ Dasar cewek bodoh…” gumamku sambil tersenyum lebar. Apa yang ia pikirkan? Naik motor sambil ngebut dan tidak pakai helm? Ia persis seperti cewek dari iklan sunsilk dengan rambut berkibarnya dipadu dengan motor Harley Davidson. Saat ia nge-drift persis di tikungan, dan memarkir motornya sambil berlari ke arahku, aku tersenyum lebih lebar. Ah, dia PERSIS dengan apa yang selalu kubayangkan kalau ada cewek yang mengejarmu. Rambut agak berantakkan, baju nggak rapi, pokoknya berbeda pol dengan gossip girl. Jarak kita tinggal semeter sekarang, ups, setengah meter sekarang mungkin. Lalu senyumku berubah saat ia dengan sengit menamparku.

PLAK! Aku memegang pipiku dengan kesakitan. “ Aaaah… ah..ow.. UNTUK APA ITU?!” teriakku kepadanya. “ Untuk akan pergi dan nyaris tanpa mengatakan selamat tinggal LAGI.” Alice berkata, matanya menyipit. “ Dan apa yang sedang KAMU lakukan? Nyengir lebar seperti itu?!” tanyanya lagi. “ Aku cuma senang kamu datang..” “ Oh, dan kamu sendiri tidak berani untuk menelponku untuk hanya bilang ‘ goodbye’ atau apa?! Cowok jaman sekarang!” katanya sambil mendesah. Aku tertawa, “ Kamu juga dari jaman sekarang tahu.. kalau kamu nggak suka cowok jaman sekarang, artinya kamu antara suka cowok jadul atau cowok yang lebih muda. Pilih mana?” “ Urgh!”ia memukul pundakku. Aku tersenyum. “ Ryker…” “ Ya?” “ Kamu… tidak akan pergi selamanya, kan?” “ Tentu saja tidak, aku akan ambil sekecil apapun kesempatan untuk kembali ke sini secepat mungkin. Dan kalaupun tidak, aku tahu akan ada cewek psychopath yang akan datang mencariku sambil bawa gergaji mesin.” Ia memukulku lagi. “ Ow.. jangan pukul terus dong.. nanti aku sampai di Jepang dengan badan linu..”

“ Biar! Ini biar kamu nggak gampang lupain kota ini kayak dulu lagi!” “ Lupain kamu? Tidak mungkin..” “ Itu yang kamu katakan waktu kamu pindah ke—“ “ Sssh.. jangan ungkit masa lalu..” kataku sambil tersenyum. “ Sudah, pokoknya, aku akan memikirkanmu tiap hari, biar nggak lupa. Gimana?” “ Itu mengerikan, aku akan merasa seperti dikuntit.” Protesnya. “ OK, sekali sebulan, gimana?” “ Nah itu kejam.” “ Kalau gitu facebook dan e-mail, gimana?” “ Kenapa nggak surat menyurat saja?” “ Aku nggak yakin tulisanku bisa dibaca.” Ia tertawa.

“ Pokoknya aku akan keep in touch DAN kembali lagi ke kota ini, gimana?”

Ia tersenyum, “ OK.” Ia mengeluarkan tangannya, seakan – akan ingin menyalamiku. Aku menatap ke tangannya itu. Lalu ke mukanya. Ke tangannya lagi. Lalu aku nyengir, dan menarik tangannya itu hingga ia jatuh ke depan.

“ What the..” responsnya, saat aku menangkapnya dan memeluknya. Sebentar saja. cukup untuk membuat Nerd Club shock, dan cukup untuk membuat aku senang sendiri. Lalu aku mendorongnya agar ia menjauh. “ Sampai ketemu Lis. Bye Guys!” kataku ke Alice dan ke Nerd Club sambil lari masuk ke boarding room.

***

Saat naik di pesawat, aku menoleh ke sebelah kiriku. Di salah satu tempat untuk melihat pesawat lepas landas, ada 4 sosok remaja. 3 cowok yang memberikan aura kuper, menyedihkan, tampak bahu mereka sedikit melorot dan mereka sedang menunggu dengan diam. Yang satunya, adalah cewek yang agak jauh dari mereka. jangkung, bermata hijau dengan rambut coklatnya. Ia juga sedang menunggu, tapi kelihatan jelas ia lebih tegar dari 3 cowok itu. Atau mungkin ia sendiri juga sedang pura – pura kelihatan tegar. Aku tidak pernah bisa tahu. Yang kutahu adalah, cewek itulah yang membuatku sadar apa maksudnya masalah remaja, perang di sekolah, dan yang paling penting : first love. Dan 3 cowok itu juga, mengajariku apa sebenarnya maksud dari persahabatan itu. Mereka semua, bersama seantero sekolah ini, telah mengubahku, dan membuat hidupku jauh lebih manis.

Jadi saat pesawat ini lepas landas, aku tak bisa tidak merasa mual, sedih, dan juga kesal karena terpaksa pergi. Sesaat aku menunduk, lalu aku melirik lagi keluar jendela. Kota itu sudah tinggal setitik kecil di antara lautan sekarang. Diam – diam, aku menunduk, tapi tersenyum sendiri, melakukan hal yang sejak Mom ngomong mau pindah sebenarnya aku tahan. Setelah agak lama, aku menghempaskan tubuhku ke kursi pesawat dan menghapus air mataku. Teringat lagi janjiku tadi,  Jangan kuatir, aku pasti kembali. Dan waktu aku kembali, aku tidak akan lupa sedetikpun tentang kalian!

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑

Signe Hansen

Lifestyle, Plants and Everything In-Between

Musings of an ordinary soul

A place where i’m going to pen down my thoughts about the photographs that i take. Be my listener. Be my audience. Be my speaker. You and Me. So what say? Let’s begin.

Cokelat dan Hujan

Penikmat cokelat hangat dan hujan

JENITA DARMENTO

Indonesian Travel, Food and Lifestyle Blogger

Misty Angel

Whispers in the woods

Field of Thoughts

I hereby sow my thoughts and interests here.

Talanimo

Where all thoughts are spoken

Teras Rumah

Bercerita di sini

Bibliophile

Seorang anak kecil pun bahagia ketika bisa membaca dan menulis