Handphone Stalker pt.5

Katsu menghirup dalam – dalam aroma kopi yang baru ditumbuk.

Ahhhh. Baunya seperti produktivitas bekerja yang dia tidak pernah alami!

“Katsu, kamu mau apa?” tanya Lucia, sudah di depan counter, seorang barista di depannya terlihat sangat bosan. “Uhhh,” Katsu membalas, membaca menu yang ditulis dengan kapur dengan cepat. Ice cappucino? Frappe? Quick blend? Apa yang ia biasanya beli? Katsu tiba – tiba menyadari ia jarang minum kopi. Ayahnya bakal memesan kopi tubruk.

Ngapain aku mikir tentang Ayah?!

“K-kamu mau apa?” Katsu membalas, mengulur – ulur waktu sambil berjalan mendekat ke Lucia. “Iced vanilla latte.” balas Lucia dengan cepat.

“Apakah enak?” tanya Katsu.

“Tentu saja!”

“Uhh, aku akan mengambil itu juga kalau begitu..?” Katsu berkata, ragu – ragu.

“Ok, duduklah dulu!” balas Lucia.

Katsu membalikkan badan, menyadari nyaris semua kursi sedang ditempati, satu – satunya meja dengan 2 kursi yang kosong hanya di sebuah sudut dekat jendela. Katsu duduk di kursi kayu yang keras.

Lucia membuka HPnya sambil menunggu pesanannya di samping counter.

download

Lucia menahan tawa dan membalas dengan cepat

download (1)

Lucia tersenyum, dia lega dia memiliki teman seperti Ina. Yang bakal memastikan dia aman dan tidak keberatan menunggu di balik pilar selama setengah jam hanya untuk menemaninya. Bahkan jika dia akan memanggil Lucia bitch setelahnya.

Ah persahabatan.

Lucia mengangkat 2 vanilla latenya dan membalikkan badan, melihat Katsu duduk menempel ke jendela dan mengangkat satu tangan dengan canggung ke arah Lucia.”

Thank you,” kata Katsu, mengambil salah satu dari gelas itu dan baru mau menyeruputnya ketika Lucia menghentikannya, “TUNGGU, TUNGGU,”

“AH?!” Katsu berkata, dengan mulut beberapa senti di depan sedotannya.

Lucia mengangkat HPnya, “Aku mau update instagram.”

Katsu memundurkan badannya dan mendengus, tersenyum setengah, “Seriously?” 

Lucia mengatur kedua gelas di atas meja dan berdiri, memfoto dari atas, mendorong beberapa barang ke samping. Katsu menunggu dengan sabar dan berkata, “Aku nggak nyangka kamu tipe yang foodgrammer.”

Lucia mengernyitkan mukanya dan tersenyum, kembali duduk.

“Selesai?” tanya Katsu. “Yeah, yeah,” balas Lucia, sibuk mengetik di HPnya. Ia menarik satu gelas mendekat dan baru mau meminumnya ketika Katsu berseru, “TUNGGU!”

Lucia mengangkat mukanya. Katsu mengangkat HPnya dengan satu tangan dan nyengir lebar. “Giliranku.” Lucia tertawa kecil, “Aku nggak nyangka kamu tipe yang foodgrammer.”

“Bukankah sebuah etika baik untuk ikut memfoto kalau kamu dengan seorang instagrammer?” tanya Katsu. “Nggak pernah dengar etika itu.”

“Well, aku menciptakannya,” balas Katsu.

“thanks for the treat! ^-^”

Katsu mengangkat mukanya, dia sempat berpikir untuk menanyakan apa nama instagram Lucia untuk ditag. Tapi ketika ia melihat Lucia memandanginya balik sambil menyeruput kopinya, mata lebar dan bertanya – tanya, ia tiba – tiba sadar ia sama sekali tidak kenal Lucia.

Katsu menarik kopinya dan meminumnya dengan buru – buru. Berusaha memadamkan kepalanya yang tiba – tiba panik dengan es. Sial kopi ini manis. Dan sangat dingin. Dia berhenti sesaat, merasakan giginya yang dingin dan tenggorokan yang tiba – tiba kering. Dia memejamkan mata erat – erat, menggigil.

“Kamu nggak apa – apa?” tanya Lucia.

“Y-yeah,” balas Katsu, membuka matanya, “HPmu tidak apa – apa?” tanya Katsu mengganti topik.

“Yeah. Kukira kamu sudah melihati isinya untuk tahu?” tanya Lucia. Oh shit. Kalimat itu terdengar lebih kasar dari yang Lucia maksud. Katsu tertawa canggung,

“Sori tentang itu,” balas Katsu, tersenyum dengan sedikit gugup. “Jika membuatmu merasa lebih baik, aku masih merasa aku tidak kenal kamu sama sekali.”

“Oh?”

“Yep.”

“Apa saja yang kamu tahu tentangku?” tanya Lucia, menopang dagunya.

“Aku tahu kamu punya kucing yang super cute.” kata Katsu dengan cepat.

“Jerry!” seru Lucia dengan semangat.

“Kamu menamai kucingmu Jerry..?” tanya Katsu, seketika kecewa.

“Kenapa memangnya?”

“Yah.. kan Jerry si tikus..”

“Aku menamainya Jerry soalnya dia berwarna oranye. Dan Jeruk itu oranye. Terus Jeruk bagian depannya jer- jadi akhirnya jadi Jerry.”

“Astaga..” Katsu berkata, mata lebar dan sedikit takut. Lucia baru menyadari keabsurdan cerita itu dan bahwa dia baru membuka salah satu aibnya ke Katsu dan ia mungkin tidak melakukannya, shit dia pasti berpikir aku aneh dan— “Itu brilian.”

Lucia tersenyum kaget, dan menyelipkan rambutnya ke belakang rambutnya, “Haha, thanks.” Mereka tersenyum ke satu sama lain, menyeruput kopi mereka.

“Apa lagi yang kamu tahu tentang aku?” tanya Lucia, memecah keheningan.

“Kamu jurusan marketing.” balas Katsu dengan datar.

“Ha. Yeah. Sudah hampir satu semester dan aku masih belum sepenuhnya sadar aku jurusan itu.”

“Satu semester? Jadi kita seumuran.” kata Katsu, tersenyum dengan semangat.

“Iya kan.” Lucia membalas, sedikit heran kenapa Katsu bisa berpikir mereka tidak–Lucia  langsung menyeruput kopinya, baru ingat bahwa dia tahu Katsu seumuran sama dia karena dia yang nge-stalk instagramnya Katsu. Tunggu dulu. Katsu kira dia umur berapa memangnya?!

Katsu tampak sedikit bingung dengan kalimat terakhir itu tapi tidak membalas juga, mereka berdua minum kopi mereka. “Sori,” kata Katsu dengan pelan. “Untuk?” tanya Lucia.

“Uh, semacam nge-stalk HPmu dan tahu hal – hal ini tanpa izinmu, kurasa.”

It’s okay. Mungkin aku bakal mengizinkanmu tahu hal – hal lain juga.” APA YANG AKU BARU SAJA KATAKAN.

Katsu melebarkan matanya dan menoleh ke arah lain, bersamaan dengan Lucia menutup mulutnya dengan tangan yang menopang dagunya dan menoleh ke luar jendela, muka memerah.

“Mak-maksudku–” Lucia berkata, kembali menoleh ke Katsu dan memberanikan diri mengoreksi dirinya, “Aku, eh, aku tidak suka orang melihat HPku, tentu saja. Ta-tapi kamu melakukannya karena kamu perlu, jadi aku tidak masalah dengan itu. Aku mengizinkanmu melakukannya, jadi kayak, eh–”

“Oh, okay, okay, haha,” Katsu tertawa menyeruput habis kopinya. Mereka terdiam. “Thanks untuk kopinya,” kata Katsu.

“Sama – sama.” balas Lucia.

Katsu mengecek jamnya. “Kamu harus pergi sekarang?” tanya Lucia.

“Apa? Tid, eh, iya, um–” Katsu menghela napas, “Agak rumit, sebenarnya.” Dia mengerling ke jendela. Langit mulai terlihat jingga. “Aku tidak keberatan menceritakannya lain kali.” kata Katsu.

“Lain kali?” tanya Lucia.

“Well, kamu masih belum tahu apa – apa tentangku. Jadi kurasa kita setidaknya harus bertemu sekali lagi untuk menyeimbangkannya?” tanya Katsu. Lucia melebarkan matanya dan tersenyum, “Apakah ini caramu mengizinkanku mengetahui hal – hal lain tentangmu?”

Katsu tersenyum, “Ini sebuah undangan untukmu untuk mencoba.”

3 thoughts on “Handphone Stalker pt.5

Add yours

  1. Waaaa?? aku seneng banget sumpah pas buka WP dan cerita ini update huhu
    Serius mereka berdua?? senatural itu? se-smooth itu??
    Aku bener-bener penasaran kemana cerita ini akan berujungㅠㅠ

    Liked by 1 person

    1. haha, aku cukup yakin di kehidupan nyata nggak bakal ada orang yang bisa sesmooth mereka berdua, tapi aku nggak mau cerbung ini jalan selamanya :’D also a huge thank you for always looking out for the continuation!

      Like

      1. malah aku sempat berpikir kayaknya ada deh orang yang sesmooth ini dan everything work out that natural lmao. oh, no need to thank me tho since I love reading fictions and yours is good! 😀

        Liked by 1 person

Leave a comment

Website Powered by WordPress.com.

Up ↑

Signe Hansen

Lifestyle, Plants and Everything In-Between

Musings of an ordinary soul

A place where i’m going to pen down my thoughts about the photographs that i take. Be my listener. Be my audience. Be my speaker. You and Me. So what say? Let’s begin.

Cokelat dan Hujan

Penikmat cokelat hangat dan hujan

JENITA DARMENTO

Indonesian Travel, Food and Lifestyle Blogger

Misty Angel

Whispers in the woods

Field of Thoughts

I hereby sow my thoughts and interests here.

Talanimo

Where all thoughts are spoken

Teras Rumah

Bercerita di sini

Bibliophile

Seorang anak kecil pun bahagia ketika bisa membaca dan menulis